Selasa, 24 April 2012

Mungkin


Dia buru-buru mengeluarkan motor menuju halaman rumah. Menyalakan mesin dan bergegas pergi. Sudah menjelang maghrib, dan hujan belum juga reda. Malah kian deras saja curahnya.
“Sebegitu pentingnya ya, hingga harus  memaksakan diri menerobos kelebat hujan begini?” aku membatin sendiri di tepi pintu.
Iya. Meskipun tanpa lisan, namun dalam hati aku selalu membanding-bandingkan, dia rela pergi menerobos hujan untuk hal yang sama sekali tidak penting sore ini. Tapi penantianku sia-sia, mengingat kemarin lalu. Seminggu lamanya aku terbaring di rumah pesakitan. Tapi tak ada satu haripun diantara hari itu, aku melihat wajahnya hadir diantara para penjenguk. Hmm, ya tapi mungkin basi juga sih, ini bukan kali petama aku menginap di tempat mengerikan itu. Bukan kali pertama juga menginjakkan kaki untuk check ini-itu. Dan sudah jelas, bukan kali pertama menghadapi dinginnya meja operasi.
            Jadi apa dia juga menganggap ini mungkin sebagai satu tontonan, yang kalau sudah dilihat sekali, untuk apa pula dilihat lagi? Aku tak mengharapkan pertanyaan ”Lagi mau apa? Mau makan apa?”, sekedar saja dia muncul di ruangan itu, sudah lebih dari cukup bagiku. Tapi, ah, sudahlah. Mungkin dia terlalu sibuk dengan urusannya yang menurutku sama sekali tidak penting itu. Atau mungkin… Mungkin… Mungkin…

Ya, mungkin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar